M
|
TIDAK BENCI MATEMATIKA = PUNYA KEPRIBADIAN WOW
ATEMATIKA, kata ini pasti tidaklah asing lagi
ditelinga kita kan? tentu saja. Hal itu dikarenakan matematika merupakan salah
satu mata pelajaran penting yang mulai diajarkan dari Sekolah Dasar dan sampai
sekarang pun sebagian besar jurusan di
perguruan tinggi menjadikan matematika
sebagai salah satu mata kuliahnya. Akan tetapi, tak jarang kita mendengar
anggapan sebagian siswa ataupun kalangan pembaca sendiri bahwa matematika itu
sulit dan menakutkan sehingga menjadi momok tersendiri.Bak melihat setan, memecahkan
soal matematika sangat menyeramkan. Padahal, matematika sangat berguna bagi
semua orang dalam kehidupan sehari-hari seperti pedagang, sopir angkot, tukang
parkir, bahkan pengemis serta siswa dan pembaca pun akan menggunakan matematika
dalam kehidupan sehari-harinya. Mengapa
sampai ada anggapan seperti itu? Bagi pembaca yang suka ataupun bahkan membenci matematika, simak nih ulasannya.
Bagi pembaca
yang membenci matematika apalagi menghindari mengerjakan soal-soalnya, berpikirlah
ulang. Karna kenapa? Karena matematika dapat membuat kita memiliki cara
berpikir yang dapat mengembangkan kepribadian kita menjadi “wow”. Tetapi sebelumnya mari kita
telusuri dahulu penyebab munculnya haters
tersebut. Ayo kita mulai! mari
kita flashback ke zaman sekolah dulu.
Coba ingat-ingat bagaimana cara guru kita dulu mengajarkan mata pelajaran ini.
Sudah ingatkah? Pasti jawaban nya sebagian besar adalah ceramah ‘kan?. Cara
inilah yang mematikan kreatifitas dan keaktifan para siswanya. Karena cara ini
juga yang membuat kita kesulitan memecahkan persoalan matematika. Lalu,
bagaimana dengan siswanya? Tentu saja bagi siswa yang rajin, kreatif dan dengan
segala sifat terpuji lainnya hanya akan mengalami sedikit kesulitan karena
mereka mencari tahu sendiri dan tidak hanya mengunggu informasi dari gurunya.
Tetapi bagaimanakah dengan nasib si malas? Sudah dapat ditebak bukan? Tentu
saja hanya akan menunggu, menunggu, dan menunggu entah sampai kapan. Tetapi
yang jelas si menunggu ini akan mengalami kesulitan jika tidak didukung oleh
otak yang jenius.
Dalam
hal ini, siapa yang salah ? Jawabannya adalah semua pihak. Kita sebagai calon
guru harus dapat belajar dari kekurangan sebelumnya dalam mengajar dan dapat
lebih menumbuhkan inisiatif dan rasa ingin tahu siswa kelak. kita harus dapat
membuat siswa kita tertantang untuk menyelesaikan persoalan matematika ini.
Selain dengan sikap guru yang berlaku sebagai fasilitator, pembelajaran
sekarang juga lebih canggih nih pembaca.
Di zaman sekarang, sudah banyak sekali cara mengajar yang menarik dan
menyenangkan.
Mari
kita lanjutkan ke perbedaan anggapan ini. Bagi pembaca yang menyukai matematika sampai bisa lupa waktu saking asyiknya, beruntuh
sekali! Karena mengapa? Karena dari hal itu pembaca akan memiliki kepribadian
yang menghargai matematika. Matematika saja perlu dihargai ‘kan apalagi orang
lain. Oke, kembali ke pokok bahasan. Bagaimanakah bentuk kepribadian tersebut?
Kepribadian tersebut meliputi ‘kepo’ alias
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat terhadap matematika serta sikap ulet dan ‘PeDe’ alias percaya diri. Mau
kepribadian yang lebih ‘wow’ ? Baca
ulasan berikut.
Sekarang
kita membahas mengenai masalah. Jangan shock
ataupun takut karena yang kita hadapi disini adalah masalah matematika
bukan masalah hidup. Masalah disini merupakan sesuatu yang harus dipecahkan
yaitu soal-soal matematika kurang lebih begitu. Dalam memecahkannya, punya
banyak cara nih pembaca karena serunya matematika adalah
menemukan sendiri jawaban dari permasalahan tersebut. Apa sih yang kita dapat dari memecahkan masalah tersebut? Jawabannya,
potensi intelektual kita meningkat, kita juga akan merasa puas serta materi
yang kita peroleh juga akan mengendap lebih lama serta kelebihan-kelebihan
lainnya.
Jadi,
jangan takut lagi memecahkan masalah matematika karena matematika itu
menyenangkan. Ubah mindset kalian
supaya bisa punya kepribadian ‘wow’ tersebut.
Selamat menemukan jawaban.
Rujukan
: Skripsi Ayu Tahnia, mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar